Pagi belum benar-benar cerah ketika jalan sempit di Desa Sukosari, Dagangan, Madiun mulai dipadati langkah kaki para jamaah. Masjid kuno warisan Kiai Asyik, mursyid tua tarekat, mendadak hidup. Getaran langkah-langkah mereka terdengar syahdu, menyatu dengan desir angin dari rumpun bambu yang banyak tumbuh di area masjid. Hari itu, Ahad Kliwon, adalah hari baiatan Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah An-Nahdliyah, atau yang akrab disebut TQN-A.
Seperti biasa, mereka menanti sosok yang selama ini mereka ikuti bukan hanya secara ilmu, tapi juga secara hati—Kiai Ali Barqul Abid, mursyid tarekat yang mewarisi sanad langsung dari Kiai Imam Muhadi, ayahnya. Sanad yang diyakini tersambung utuh, tidak putus, hingga Rasulullah ﷺ.
"Jangan takut mati, jangan takut barzah," ujar Kiai Ali dalam tauziahnya yang khas: tenang namun menyentuh. Suaranya membelah hening, menyiram dada para peziarah ruhani yang sejak pagi duduk bersila di teras dan serambi masjid. “Bagi yang benar-benar menjadikan Allah sebagai Tuhannya, yang istiqomah berdzikir, malaikat-malaikat Allah akan menemani. Di dunia, di sakaratul maut, bahkan di alam barzah.”
Dalam keyakinan tarekat, dzikir bukan hanya lantunan lisan, tetapi kehadiran ruhani: menyebut nama Allah dalam sunyi maupun ramai, lahir maupun batin, dalam segala keadaan. Itulah jalan yang mereka tempuh: jalan para pencari. Bagi mereka, kematian bukanlah akhir, tetapi momen peralihan menuju keabadian yang sudah dijanjikan.
Ayat yang menguatkan sabda Kiai Ali pun demikian terang:
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: ‘Tuhan kami ialah Allah’, kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka (istiqamah), maka malaikat akan turun kepada mereka (seraya berkata): 'Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu. (QS. Fussilat: 30)
Inilah ayat yang menjadi dasar jalan mereka: ayat tentang jaminan pendampingan malaikat bagi para pencinta Allah yang istiqamah.
Kiai Ali melanjutkan, "Para malaikat itu bukan hanya hadir di saat ruh dicabut, tapi juga menghibur, menenangkan, bahkan membukakan jalan. Seperti keluarga menemani, seperti teman menyambut pulang. Seperti guru menyambut murid yang lulus."
Baiatan hari itu berlangsung khidmat. Tangis lirih terdengar di antara desahan nafas yang menahan haru. Ratusan jamaah mengangkat tangan, melafalkan dzikir bersama, mengikuti lafadz demi lafadz dari sang mursyid. Saat lafadz “lā ilāha illā Allāh” dilantunkan, seolah alam pun ikut membenarkan.
Masjid, Makam, dan Warisan Ruhani
Masjid ini, tempat berlangsungnya baiatan, adalah peninggalan Kiai Muhammad ’Asyiq atau dikenal juga sebagai Mbah Asyik. Seorang ulama mursyid Tarekat Syattariyah dan penyebar Islam di wilayah Sukosari. Ia adalah cicit dari Sunan Pamijahan di Tasikmalaya. Makamnya yang terletak tidak jauh dari masjid, kini menjadi salah satu titik ziarah yang ramai, terutama saat Jumat Legi atau menjelang bulan Suro.
Nama Kiai Asyik masih hidup dalam ingatan warga. Tidak hanya sebagai pendakwah, tapi juga sebagai penjaga tradisi ruhani. “Masjid ini tua, tapi hidup,” ujar salah satu jamaah sepuh. “Kayu-kayunya seperti menyimpan doa dan dzikir sejak ratusan bulan lalu.”
Kini, tongkat estafet tarekat itu diteruskan oleh Kiai Ali Barqul Abid. Baiatan Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah An-Nahdliyah diadakan rutin bergiliran, tidak hanya di masjid ini, tapi juga di berbagai titik seperti Magetan timur dan pelosok Madiun lainnya. Tapi bagi sebagian jamaah, kembali ke Masjid Kiai Asyik adalah pulang ke akar. Pulang ke rumah ruhani.
Jalan Menuju Surga yang Ditenun Dzikir
Para jamaah pulang sehabis asyarr. Ada yang berjalan kaki, ada yang naik sepeda motor berboncengan, mobil, bahkan bus. Tapi mereka semua membawa satu hal yang sama: hati yang lapang dan janji dalam diam bahwa mereka tak ingin takut mati lagi.
Karena bagi mereka yang menjadikan Allah sebagai tujuan dan dzikir sebagai jalan, surga bukan sekadar mimpi. Surga adalah tempat berkumpul kembali bersama guru, bersama kekasih Allah, dalam damai yang abadi.
Dan mereka tahu, pada saat paling sunyi nanti, para malaikat itu akan datang, seperti yang dijanjikan dalam Al-Qur’an, membawa salam, membentangkan cahaya, dan berkata:
Jangan takut. Jangan bersedih. Surga telah menantimu.”
--- Masjid Kiai Asyik Sukosari Madiun
Posting Komentar untuk "Malaikat-Malaikat yang Menemani: Dzikir, Baiat, dan Janji Langit dari Masjid Kiai Asyik"