Manaqib Kubro JATMAN di Sukorejo: Menyucikan Hati lewat Jalan Tarekat Mu’tabarah


Ponorogo, Jawa Timur — Ratusan jama'ah memadati Masjid Al-Anam Pintu Sidorejo, Sukorejo, dalam acara Manaqib Kubro Jam’iyyah Ahlith Thariqah Al-Mu’tabarah An-Nahdliyah (JATMAN). Acara yang digagas untuk memperkenalkan ajaran sufisme yang mengutamakan pensucian hati dari sifat-sifat buruk manusia, seperti kesombongan, iri, dan dengki. Kegiatan ini juga menjadi wadah konsolidasi pengamal tarekat mu’tabarah (yang diakui sanadnya) di Indonesia, seperti TQN-A, Naqsyabandiyah, dan Syadziliyah .  

Dalam tausiyahnya, Mursyid TQN An-Nadliyah, Kyai Ali Barqul Abid, Pengasuh Pondok Pesantren Manba'ul Adhim Bagbogo Nganjuk menegaskan bahwa manusia kerap terjebak dalam sifat “binatang dan setan” seperti rakus, riya, dan ujub. “Fungsi tarekat adalah mematikan sifat-sifat ini. Namun, nafsu tak bisa mati sepenuhnya, hanya bisa dilemahkan melalui dzikir dan mujahadah (perjuangan spiritual),” ujarnya, mengutip Syekh Ibn Ataillah: “Hati yang terisi cahaya Ilahi tak akan tersisa ruang untuk keburukan”.  

Kyai Ali juga mengisahkan teladan Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, yang diyakini memiliki “bekas telapak Nabi Muhammad” di pundaknya. “Ini simbol bahwa tarekat adalah jalan untuk menapaki jejak Rasulullah, mencapai makrifat, dan menjaga hati agar tak merasa lebih baik dari orang lain,” tambahnya. Pesan ini selaras dengan ajaran TQN An-Nadliyah yang menekankan takholli (membersihkan diri), tahalli (mengisi dengan kebaikan), dan tajalli (mendekatkan diri pada Allah) .  

Sebagai organisasi payung tarekat, JATMAN berperan vital dalam menyelaraskan praktik sufisme di Indonesia. Acara ini dihadiri oleh perwakilan Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah, Syadziliyah, Tijaniyah, dan Alawiyin, menunjukkan keragaman aliran yang diakui sanad keilmuannya . Ketua MBC NU Kecamatan Sukorejo, dalam sambutannya, menyatakan bahwa JATMAN adalah “banom NU” yang memperkuat jaringan keagamaan berbasis ahlussunnah wal jamaah. “Kegiatan ini selaras dengan visi NU: menjaga tradisi, memperkuat ukhuwah, dan membangun karakter umat,” ujarnya .  


Kepala Desa Sidorejo turut mengapresiasi acara ini: “Kami bangga menjadi tuan rumah. Manaqib Kubro bukan hanya ritual, tapi juga momentum untuk membangun kesadaran sosial dan spiritual warga.”  

Menariknya, acara ini diikuti banyak generasi muda. Menurut Kyai Ali, fenomena ini dipicu oleh pendekatan “luwes” para mursyid, seperti memanfaatkan media sosial untuk dakwah dan membuka ruang dialog dengan anak muda . Namun, tantangan tetap ada, seperti menjaga keseimbangan antara tradisi dan modernitas, serta mencegah penyimpangan nilai.  

PCNU Ponorogo berkomitmen mendukung kegiatan serupa di masa depan. “Kami akan terus mensinergikan program NU dengan JATMAN untuk memperkuat pendidikan karakter,” kata perwakilan PCNU .  

Selain tauziah acara diisii dengan pembacaan Manaqib Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, Istighotsah, dan doa bersama. Kyai Ali mengingatkan jamaah: “Jangan pernah meremehkan doa orang lain. Terkadang, justru doa dari orang yang tak kita sangka menjadi penyelamat hidup kita.”  

Manaqib Kubro JATMAN di Sukorejo bukan sekadar ritual tahunan, melainkan bukti bahwa ajaran tasawuf tetap relevan sebagai penawar racun dunia modern.  

----- Pintu Sukorejo)

Posting Komentar untuk "Manaqib Kubro JATMAN di Sukorejo: Menyucikan Hati lewat Jalan Tarekat Mu’tabarah "