Malam Khidmat di Makam Nyai Masfufah: Hujan, Tahlil, dan Jejak Keteladanan Lintas Generasi

Al Mursyid Kyai Ali Barqul Abid memimpin Ziarah
Nganjuk, 2 April 2025 – Malam 4 Syawal 1446 Hijriah bertepatan dengan haul ke-8 almarhumah Nyai Masfufah, pesantren Manba’ul Adhim Bagbogo menggelat acara tahlilan dan doa bersama di makamnya yang berdampingan dengan makam suaminya, Kyai Imam Muhadi. Meski hujan deras dan angin kencang mengguyur sejak sebelum Asyar hingga usai Isya, keluarga ndalem, santri mukim, dan alumni memenuhi lokasi dengan kekhusyukan yang tak tergoyahkan.  

Dipimpin langsung oleh Kyai Ali Barqul Abid, pimpinan Pondok Pesantren Manba’ul Adhim Bagbogo, lantunan tahlil dan doa bergema khidmat di antara rintik hujan yang seolah menjadi pengiring dzikir. "Hujan ini justru menguatkan kesungguhan kita untuk mendoakan ibu Nyai dan ayahanda Kyai Imam Muhadi," ujar Kyai Ali dalam sambutannya. Uniknya, selepas acara usai, hujan pun reda seakan ikut mengamini rangkaian doa yang dipanjatkan.  

Nyai Masfufah dan Kyai Imam Muhadi dikenang sebagai pasangan yang meletakkan pondasi keilmuan dan akhlak bagi pesantren mereka. Jejak perjuangan mereka membentuk jaringan sanad keilmuan yang melintasi generasi, daerah, bahkan sejarah. "Bu Nyai tak hanya mengajar ilmu, tapi juga keteladanan hidup. Beliau merawat tradisi sambil membuka pintu dialog dengan zaman," kenang salah seorang santri senior.  

Acara sederhana namun penuh makna ini mengingatkan kembali pada warisan spiritual yang terus hidup: bahwa hujan, angin, dan segala rintangan tak pernah mampu menghentikan lantaran doa dan ingatan atas jasa para pendahulu. Seperti pesan Kyai Ali, "Mereka yang meninggalkan teladan tak pernah benar-benar pergi. Mereka tetap hadir dalam setiap tahlil, setiap ilmu yang diamalkan, dan setiap kebaikan yang bersambung."  

*Bagbogo)

Posting Komentar untuk "Malam Khidmat di Makam Nyai Masfufah: Hujan, Tahlil, dan Jejak Keteladanan Lintas Generasi"