Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali kita dihadapkan pada perbedaan pandangan, baik dalam hal agama, sosial, maupun budaya. Perbedaan ini bisa menjadi sumber kekayaan pemikiran jika disikapi dengan bijak, namun juga bisa menjadi pemicu konflik jika dihadapi dengan emosi dan tanpa dasar ilmu yang memadai. Sebuah kisah dari Kyai Ali Barqul Abid, memberikan pelajaran berharga tentang bagaimana menyikapi perbedaan dengan hati yang lapang dan pikiran yang terbuka.
Suatu hari, Kyai Ali Barqul Abid ditanya oleh seorang santri tentang perbedaan pandangan antara Sayidina Ali dan puteri Rasulullah. Pertanyaan ini mungkin muncul dari rasa penasaran atau bahkan keraguan yang dialami oleh santri tersebut. Namun, jawaban Kyai Ali sungguh menenangkan dan penuh hikmah. Beliau menjelaskan bahwa Sayidina Ali adalah sosok yang dekat dengan Rasulullah, dan tentu saja puteri Rasulullah juga memiliki kedekatan yang sama dengan beliau. Rasulullah sendiri tidak pernah mempermasalahkan atau mempertentangkan hal-hal seperti ini, maka mengapa kita justru melakukannya?
Kyai Ali melanjutkan dengan nasihat yang sangat mendalam: "Jangan pernah kita mempertentangkan sesuatu hal yang kita tidak tahu, yang kita tiada ilmunya tentang hal itu, dan kita tidak tahu alasannya."
Nasihat ini mengingatkan kita untuk selalu rendah hati dan mengakui keterbatasan ilmu yang kita miliki. Terutama ketika menyangkut guru, keluarga guru, atau permasalahan yang melibatkan mereka, kita harus lebih berhati-hati. Apa yang terlihat oleh mata belum tentu mencerminkan kebenaran seutuhnya.
Kisah ini terjadi di desa Bakalan, Purwantoro, Wonogiri (menuju gunung Cumbri) sehabis Kyai Ali menyaksikan pertandingan bola voli. Meskipun konteksnya sederhana, pesan yang disampaikan sangatlah universal dan relevan dengan kehidupan kita sehari-hari. Dalam era informasi yang serba cepat seperti sekarang, seringkali kita tergoda untuk memberikan pendapat atau bahkan menghakimi sesuatu tanpa memahami konteksnya secara utuh. Akibatnya, pertentangan dan perpecahan pun tak terhindarkan.
Nasihat Kyai Ali mengajarkan kita untuk selalu berpikir sebelum berbicara, dan lebih penting lagi, untuk selalu mencari ilmu sebelum mengambil sikap. Perbedaan pandangan adalah hal yang wajar, namun cara kita menyikapinya yang menentukan apakah perbedaan tersebut akan membawa kebaikan atau justru kerusakan. Sebagai umat yang beriman, kita diajarkan untuk selalu mencari kebenaran dengan cara yang santun dan penuh hikmah.
Dalam konteks yang lebih luas, kisah ini juga mengingatkan kita untuk menghormati para guru dan ulama yang telah mengabdikan hidupnya untuk menuntun umat. Mereka adalah pewaris ilmu para nabi, dan sikap kita terhadap mereka seharusnya dilandasi oleh rasa hormat dan keikhlasan. Bukan dengan mempertanyakan atau mempertentangkan hal-hal yang mungkin belum kita pahami sepenuhnya.
Sebagai penutup, mari kita renungkan nasihat Kyai Ali Barqul Abid ini dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menghindari pertentangan yang tidak perlu dan selalu berusaha memahami sesuatu dengan ilmu yang memadai, kita bisa menciptakan harmoni dalam masyarakat. Sebagaimana Rasulullah yang selalu mengedepankan persatuan dan kasih sayang, semoga kita pun bisa meneladani sikap beliau dalam menyikapi perbedaan.
----Bakalan Purwantoro Wonogiri)
Posting Komentar untuk "Mengambil Hikmah dari Nasihat Kyai Ali Barqul Abid: Menghindari Pertentangan Tanpa Ilmu"