Pak Yadi saat acara di Masjid Semanding Jenangan |
Saya masih ingat jelas saat itu, ketika saya dan Pak Yadi pulang dari ziarah ke makam Sultan Hadiwijaya di Sragen. Di tengah perjalanan, Pak Yadi tiba-tiba berbicara dengan nada serius, "Kamu sekian lama ikut Kyai Imam Muhadi, ikut tarekat, kamu rugi kalau tidak sampai bisa seperti temanmu X. Namun, kalaupun kamu bisa mencapai itu, akhirnya membuatmu jauh dari gurumu, lebih baik tidak usah bisa."
Saya pun bertanya, "Lalu bagaimana?"
Dengan suara yang setengah membentak, Pak Yadi menjawab, "Terserah cara mikirmu, karepmu, lehmu mikir!!!"
Jawaban itu seperti tamparan keras yang membuat saya terdiam dan merenung. Pesan Pak Yadi itu menggelitik pikiran saya tentang makna kesuksesan dan tujuan berguru. Apakah kesuksesan yang kita capai adalah tujuan akhir, atau hanya bonus dari perjalanan spiritual kita??
Tidak lama setelah itu, teman-teman ramai-ramai mendatangi rumah teman saya X, bertanya bagaimana caranya bisa mencapai kesuksesan seperti dia. Teman saya X hanya menjawab, "Tanya Pak Yadi, karena saya yang mengajari Pak Yadi, dan saya tidak berhak."
Akhirnya, Pak Yadi memerintahkan teman saya X untuk membagikan tips agar bisa seperti dia. Teman-temanpun berlomba-lomba mengikuti jejaknya, menjadi "singa malam" yang rajin tirakat dan ziarah ke makam-makam untuk mengasah ketajaman hati agar seperti teman saya X.
Banyak dari mereka yang berhasil mencapai apa yang mereka inginkan.
Beberapa waktu kemudian, saya dan teman saya X, ziarah ke makam Syech Abdul Muluk (Mbah Arab) di daerah Turi Jetis. Kami disuruh Pak Yadi menggantikan kain penutup nisan sambil berziarah.
Dalam kesempatan itu, saya kembali diingatkan bahwa ibadah, ziarah, atau tirakat harus dilakukan dengan niat yang tulus.
Jika kita beribadah, ya beribadahlah.
Jika ziarah, ya doakan yang dimakamkan.
Jika tirakat, ya lakukan seperti yang diajarkan guru-guru kita.
Jangan sampai niat kita tercampur dengan hal-hal lain yang justru mengurangi keikhlasan. Jangan karena pingin bisa ini, mencapai ini, punya itu, dapat ini, dapat itu.
Sepulang dari ziarah Mbah Arab, saya dan teman saya X, sowan ke Pak Yadi. Kami menceritakan semua yang terjadi dan alami. Pak Yadi hanya tersenyum dan tertawa.
Lalu, dia bercerita tentang ramalan Kyai Imam Muhadi bahwa ribuan santrinya kelak akan tinggal hitungan jari. Bisa dihitung dengan jari, mereka yang dengan kesungguhan.
Banyak dari mereka yang berhasil akhirnya hilang dari peredaran, menjauh dari guru, dan lupa akan jasa-jasa yang telah diberikan. Mereka merasa kesuksesan yang mereka raih adalah hasil usaha mereka sendiri, tanpa menyadari Yang Maha Kuasa mengabulkan karena ada campur tangan doa guru.
Pak Yadi kemudian menceritakan pesan Kyai Imam Muhadi tentang pentingnya memperbaiki niat.
"Sempurnakan niat, revisi niat. Apapun niatmu saat kali pertama ikut Kyai, tidak masalah. Tapi sempurnakan dan murnikan karena Lillah, bukan karena yang lain," kata Kyai Imam Muhadi seperti yang diceritakan Pak Yadi.
Kyai Imam Muhadi adalah seorang Mursyid, guru besar, paket komplit. Ingin kaya? Gampang. Ingin pangkat? Mudah. Ingin terkenal? Bisa. Namun, semua itu hanyalah bonus, bukan tujuan utama.
Tujuan kita berguru adalah untuk mendapatkan belas kasih dari sang guru, agar kelak kita diakui sebagai muridnya di akhirat nanti. Kelak guru kita akan membawa bendera di depan, dan kita baris di belakangnya, depe-depe ngerep-ngarep kawelasane Kyai, jelas Pak Yadi.
Pesan Pak Yadi ini mengingatkan kita untuk tidak terjebak dalam kesuksesan duniawi. Kesuksesan yang kita raih hanyalah bonus dari perjalanan spiritual kita. Yang terpenting adalah terus memperbaiki niat dan mencari kebenaran spiritual yang sejati. Dalam perjalanan hidup ini, kita harus selalu ingat bahwa tujuan utama kita adalah mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, bukan sekadar mengejar kesuksesan duniawi.
Sebagai penutup, mari kita renungkan pesan Kyai Imam Muhadi: "Sempurnakan niat, revisi niat. Karena segala sesuatu yang kita lakukan haruslah karena Lillah, bukan karena yang lain." Semoga kita semua bisa mengambil hikmah dari kisah ini dan terus memperbaiki diri dalam perjalanan spiritual kita.
--- Mbah Arab Turi Jetis)
Posting Komentar untuk "Kesuksesan adalah Bonus, bukan Tujuan Kita Berguru."